Sebagaimana hadits rasul,
Nikahilah wanita karena empat perkara, karena kekayaannya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah karena agamanya, maka engkau akan menempelkan tanganmu dengan tana (beruntung).
Berkenaan dengan hal tersebut, bisa jadi ada yang berkomentar. Secara teori rasanya begitu indah dan mudah menjelaskan ciri-ciri wanita atau laki-laki yang hendaknya kita jadikan sebagai pasangan hidup. Akan tetapi bagaimana mendapatkannya?.
Siapa yang mau menikah denganku?. Padahal sudah lama kucari bidadari yang siap hidup bersama. Namun belum juga kunjung bertemu”. Begitu seorang teman pernah berkomentar.
Ada lagi teman yang lain menyampaikan, ”Saya bingung dengannya.
Rasanya dulu dia yang begitu siap ingin menikah denganku. Tapi kini kenapa malah ia seakan menghindar dan tidak memberikan keputusan pasti. Sulit rasanya jika aku harus diminta menunggu satu setengah tahun lagi.” begitu teman lain pernah curhat.
Apalagi sang akhwat tidak menyatakan tegas apakah mau atau tidak. ”Kita lihat saja satu setengah tahun lagi, jika Allah menakdirkan, maka kita berjodoh, insyaAllah. Jika pun tidak kita harus ikhlas” begitu kira-kira ucapan sang akhwat menurut cerita teman tadi.
Cerita dua orang teman saya ini adalah gambaran bagaimana perjalanan menjelang pernikahan terkadang tidak semulus yang kita bayangkan. Ada banyak hambatan yang membutuhkan persiapan yang matang.
Kesiapan mental, ma’isyah, loby dengan orang tua, termasuk proses mencari pasangan yang tepat. Dan tentu masih banyak persiapan lainnya, seperti pengkondisian keluarga jika belum cukup paham tentang ajaran islam.
Namun kesemua hal tersebut di atas, tidak seharusnya dijadikan kendala atau hambatan untuk melaksanakan sunnah nabi yang mulia ini. Melainkan merupakan suatu tantangan agar kita benar-benar menjadi pribadi matang.
Saya percaya, pengalaman kedua teman saya tadi, tentu juga dialami oleh banyak orang lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami ingin sedikit berbagi bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut, terutama berkaitan dengan proses mencari pasangan yang sesuai dengan syariat.
Menemukan Sang Belahan Hati
Urusan jodoh adalah rahasia Allah. Kadang ada orang yang begitu gampangnya berproses kemudian tanpa hitungan bulan sudah menikah. Namun tidak sedikit pula yang merasa ”gagal” karena begitu berlikunya proses yang dilalui.
Ketika sudah merasa cocok, sang akhwat yang menolak. Atau sebaliknya. Ada pula yang keduanya sudah sama-sama mantap, tetapi muncul alasan lain seperti keluarga, organisasi, pekerjaan, dll menjadi penghalang.
Bagi mereka yang beriman dan berfikir positif, maka mereka akan yakin bahwa semua merupakan kondisi terbaik yang telah ditakdirkan Allah untuknya. Ia yakin bahwa tidak suatu kejadian pun, kecuali sudah ditakdirkan oleh Allah dan bagi orang yang beriman, hal tersebut merupakan suatu kebaikan.
Allah berfirman,
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu jelek bagimu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan kalian tidak mengetahui
Artinya, bahwa bagi seorang mukmin, yang paling penting adalah bagaimana dirinya melakukan usaha yang terbaik. Urusan jodoh, tentang siapa yang akan menjadi pasangan kita dan kapan ia akan datang, adalah sesuatu yang telah Allah tentukan. Ia harus yakin bahwa semua hasil usaha ditentukan oleh Allah.
Rasulullah bersabda,
Allah telah mencatat takdir makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi.
Dan jodoh sebagai takdir Allah telah juga dicatat sebelumnya. Artinya bahwa jodoh tersebut tidak mungkin akan tertukar dengan orang lain.
Hanya saja, hal ini tidak berarti kemudian dirinya berdiam diri. Kewajiban usaha sangat diperlukan, bukan hanya bermimpi. Untuk itu, beberapa hal berikut ini paling tidak bisa dilakukan oleh mereka yang ingin menemukan pasangan hidupnya.
Hal ini sangat penting karena jodoh kita hakikatnya adalah cerminan diri kita. Bagaimana mungkin kita menginginkan pasangan yang sholehah dan rajin mengaji sementara kita adalah seorang yang tidak sholeh dan banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Sungguh sahabat, dua hati yang berbeda antara laki-laki dan wanita ibarat gelombang radio. Bagaimana mungkin mereka akan bisa saling tergetar (untuk saling mencintai karena Allah) sementara frekuensi gelombang keimanan mereka tidak sama.
Jika pun ada perasaan maka hal itu tidak lebih dari sebatas suka, yang mungkin lebih didominasi oleh penampilan lahiriah. Padahal kecocokan batin tidaklah didapatkan semudah kecocokan fisik.
Ada banyak mereka yang cantik secara fisik, tetapi belum tentu hatinya bisa mengimbangi. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali memaksimalkan usaha dan potensi untuk semakin meningkatkan kualitas diri dan keimanan kepada Allah.
Allah telah berfirman,
Wanita yang keji untuk lelaki yang keji, lelaki yang keji untuk wanita yang keji. Dan wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik (pula).
Kedua, bersikap realitis.
Point ini sebenarnya masih berhubungan dengan point sebelumnya. Realistis maksudnya tidak terlalu berhayal dalam menentukan pasangan hidup.
Ada cerita seseorang yang mohon bantuan ustadz untuk dicarikan jodoh. Akan tetapi ia memberikan syarat yang begitu sempurna. Ia menginginkan seorang akhwat yang cantik, pintar, kuliah kedokteran, kaya, dari keluarga baik-baik, hafal alqur’an, dst. Padahal dirinya tidaklah sebaik itu.
Oleh sang ustadz, malah dijawab, ”jika saya menemukan akhwat seperti itu, maka insyaAllah tidak saya kasih ke antum, tapi saya akan jadikan istri kedua”.
Lagi pula, perlu diketahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Harapan yang terlalu tinggi terhadap calon pasangan kita, justru akan memunculkan peluang kekecewaan demi kekecewaan bertambah besar.
Tidak mustahil, beberapa hari setelah pernikahan ia sudah akan merasakan bahwa pernikahan ternyata tidak seindah yang dibaca di buku-buku. Inilah yang akan terjadi, bagi mereka yang tidak mempunyai kesiapan untuk menerima pasangan hidup apa adanya.
Padahal seharusnya, kekurangan dan kelebihan satu sama lain akan menjadi indah jika disinergiskan untuk saling melengkapi. Kelebihan pasangan adalah karunia yang perlu disyukuri seperti halnya kekurangan pasangan yang bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk bersabar dan saling memperbaiki.
Rasulullah bersabda,
Ajaib urusan kaum mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik dan tidaklah demikian bagi seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Ketika diberikan kesenangan ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika ditimpakan kesusahan ia bersabar, dan itu baik baginya.
Ketiga, membangun jaringan dan komunikasi yang baik dengan orang-orang sholeh, misalnya para ustadz.
Ustadz yang kami maksud tentu saja mereka yang benar-benar paham dengan agama ini dengan dalil. Dan terbukti akhlaknya baik dan mampu bersikap bijak. Bukan sekedar mereka yang ”diustadzkan” hanya karena penampilan lahiriah.
Tidak jarang para ustadz seperti ini mempunyai murid-murid yang sholeh dan sholehah. Maka memohon bantuan mereka adalah hal yang cukup efektif untuk mencari jodoh.
Kesalahan banyak orang adalah bahwa mereka tidak membangun komunikasi yang baik dengan para ustadz tadi, dan ujuk-ujukminta bantuan dicarikan jodoh. Padahal sang ustadz juga tidak cukup kenal dengan yang bersangkutan.
Wahai sahabat, sungguh, menjadi perantara dalam mempertemukan dua hati bukan perkara mudah. Seorang ”mak comblang” juga perlu memperhatikan kualitas dan ke-kufu’an kedua belah pihak. Jangan sampai belum berapa lama setelah pernikahan berlangsung, muncul masalah yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Memang kami pernah menemukan kasus dimana ”mak comblang” tadi berlepas diri dari persoalan keluarga baru yang ia fasilitasi. Akan tetapi akhirnyaa hal ini malah membuat hubungan dan silaturahmi yang selama ini terjalin dengan baik menjadi terganggu. Padahal rasulullah sangat menuntunkan kita agar menjaganya.
Rasulullah bersabda,
Tidak dihalalkan bagi seseorang menghajr (mendiamkan) saudaranya lebih dari tiga (hari)
Keempat, komitment dengan proses yang syar’i
Tidaklah suatu keluarga yang sakinah mawaddah warahmah akan bisa dibentuk melalui proses yang diharamkan oleh Allah. Kebahagiaan dan ketenangan Allah adalah milik Allah dan tidak mungkin diberikan kepada orang yang tidak mengingat-Nya.
Allah berfirman,
Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.
Dzikir yang dimaksud tidak hanya dalam artian dzikir di hati dan lisan, tetapi juga tercerminkan dari penjagaan diri kita terhadap hal-hal yang dilarang. Mereka yang benar-benar berdzikir mencoba menghadirkan sikap ikhsan dalam hidupnya.
Rasulullah bersabda tentang ihsan,
Kalian menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika tidak bisa (dan memang tidak mungkin bisa) sesungguhnya Ia (Allah) melihat engkau.
Hal ini pula yang menyebabkan tidak sedikit mereka yang sudah berpacaran selama bertahun-tahun kemudian maghlia rumah tangga mereka kandas hanya dalam hitungan bulan.
Sebaliknya mereka yang menikah atas dasar ibadah kepada Allah dan melalui proses yang syar’i, proses perkenalan yang tidak tergolong lama sekali pun, membuat benih cinta di antara mereka tumbuh dan bersemi dengan suburnya.
Kelima, bermohon dan tawakal kepada Allah.
Doa adalah sesuatu yang penting. Tidaklah mungkin doa seorang yang beriman akan ditolak oleh Allah.
Allah berfirman,
Berdoalah kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan.
Akan tetapi kita juga perlu menyadari bahwa Allah menjawab doa seorang hamba melalui tiga bentuk, langsung dikabulkan, diganti dengan nikmat lain yang setimpal atau ditunda (bahkan di akhirat nanti).
Salah satu bentuk doa adalah dengan melakukan sholat istikhorah. Ketika ingin menentukan suatu pilihan (misalnya karena adanya beberapa pilihan calon pasangan), maka kita harus benar-benar memohon petunjuk Allah selain meminta pendapat orang-orang bijak dan sholeh tentunya. Jangan hanya mengandalkan emosi sesaat atau keputusan logika saja.
Dalam hadits diriwayatkan,
Sesungguhnya dulu rasulullah salallahu ’alaihi wassalam mengajarkan sahabat-sahabatnya untuk beristikhorah pada setiap urusan.
Terakhir, kita perlu tawakal atas apapun yang ditentukan oleh Allah. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan usaha. Cukuplah Allah yang menentukan hasil dari usaha kita. InsyaAllah jika kita sudah melakukan yang terbaik dan berusaha semakin lebih baik, hasil yang kita dapatkan pun adalah sesuatu yang terbaik.
Sementara kami cukupkan tulisan ini sampai di sini. Semoga, para sahabat sekalian yang belum menikah, segera menemukan pasangan hidup yang menyejukan jiwa melalui proses yang sesuai dengan ketentuan syariat. [Akhwatmuslimah.com]
Delhi, Menjelang Subuh
Sumber: gondayumitro.staff.umm.ac.id
http://www.akhwatmuslimah.com/2015/03/25/2134/6-tips-agar-mendapat-jodoh/#ixzz3zJeBg
Siapa yang mau menikah denganku?. Padahal sudah lama kucari bidadari yang siap hidup bersama. Namun belum juga kunjung bertemu”. Begitu seorang teman pernah berkomentar.
Ada lagi teman yang lain menyampaikan, ”Saya bingung dengannya.
Rasanya dulu dia yang begitu siap ingin menikah denganku. Tapi kini kenapa malah ia seakan menghindar dan tidak memberikan keputusan pasti. Sulit rasanya jika aku harus diminta menunggu satu setengah tahun lagi.” begitu teman lain pernah curhat.
Apalagi sang akhwat tidak menyatakan tegas apakah mau atau tidak. ”Kita lihat saja satu setengah tahun lagi, jika Allah menakdirkan, maka kita berjodoh, insyaAllah. Jika pun tidak kita harus ikhlas” begitu kira-kira ucapan sang akhwat menurut cerita teman tadi.
Cerita dua orang teman saya ini adalah gambaran bagaimana perjalanan menjelang pernikahan terkadang tidak semulus yang kita bayangkan. Ada banyak hambatan yang membutuhkan persiapan yang matang.
Kesiapan mental, ma’isyah, loby dengan orang tua, termasuk proses mencari pasangan yang tepat. Dan tentu masih banyak persiapan lainnya, seperti pengkondisian keluarga jika belum cukup paham tentang ajaran islam.
Namun kesemua hal tersebut di atas, tidak seharusnya dijadikan kendala atau hambatan untuk melaksanakan sunnah nabi yang mulia ini. Melainkan merupakan suatu tantangan agar kita benar-benar menjadi pribadi matang.
Saya percaya, pengalaman kedua teman saya tadi, tentu juga dialami oleh banyak orang lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami ingin sedikit berbagi bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut, terutama berkaitan dengan proses mencari pasangan yang sesuai dengan syariat.
Menemukan Sang Belahan Hati
Urusan jodoh adalah rahasia Allah. Kadang ada orang yang begitu gampangnya berproses kemudian tanpa hitungan bulan sudah menikah. Namun tidak sedikit pula yang merasa ”gagal” karena begitu berlikunya proses yang dilalui.
Ketika sudah merasa cocok, sang akhwat yang menolak. Atau sebaliknya. Ada pula yang keduanya sudah sama-sama mantap, tetapi muncul alasan lain seperti keluarga, organisasi, pekerjaan, dll menjadi penghalang.
Bagi mereka yang beriman dan berfikir positif, maka mereka akan yakin bahwa semua merupakan kondisi terbaik yang telah ditakdirkan Allah untuknya. Ia yakin bahwa tidak suatu kejadian pun, kecuali sudah ditakdirkan oleh Allah dan bagi orang yang beriman, hal tersebut merupakan suatu kebaikan.
Allah berfirman,
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu jelek bagimu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan kalian tidak mengetahui
Artinya, bahwa bagi seorang mukmin, yang paling penting adalah bagaimana dirinya melakukan usaha yang terbaik. Urusan jodoh, tentang siapa yang akan menjadi pasangan kita dan kapan ia akan datang, adalah sesuatu yang telah Allah tentukan. Ia harus yakin bahwa semua hasil usaha ditentukan oleh Allah.
Rasulullah bersabda,
Allah telah mencatat takdir makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi.
Dan jodoh sebagai takdir Allah telah juga dicatat sebelumnya. Artinya bahwa jodoh tersebut tidak mungkin akan tertukar dengan orang lain.
Hanya saja, hal ini tidak berarti kemudian dirinya berdiam diri. Kewajiban usaha sangat diperlukan, bukan hanya bermimpi. Untuk itu, beberapa hal berikut ini paling tidak bisa dilakukan oleh mereka yang ingin menemukan pasangan hidupnya.
Hal ini sangat penting karena jodoh kita hakikatnya adalah cerminan diri kita. Bagaimana mungkin kita menginginkan pasangan yang sholehah dan rajin mengaji sementara kita adalah seorang yang tidak sholeh dan banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Sungguh sahabat, dua hati yang berbeda antara laki-laki dan wanita ibarat gelombang radio. Bagaimana mungkin mereka akan bisa saling tergetar (untuk saling mencintai karena Allah) sementara frekuensi gelombang keimanan mereka tidak sama.
Jika pun ada perasaan maka hal itu tidak lebih dari sebatas suka, yang mungkin lebih didominasi oleh penampilan lahiriah. Padahal kecocokan batin tidaklah didapatkan semudah kecocokan fisik.
Ada banyak mereka yang cantik secara fisik, tetapi belum tentu hatinya bisa mengimbangi. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali memaksimalkan usaha dan potensi untuk semakin meningkatkan kualitas diri dan keimanan kepada Allah.
Allah telah berfirman,
Wanita yang keji untuk lelaki yang keji, lelaki yang keji untuk wanita yang keji. Dan wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik (pula).
Kedua, bersikap realitis.
Point ini sebenarnya masih berhubungan dengan point sebelumnya. Realistis maksudnya tidak terlalu berhayal dalam menentukan pasangan hidup.
Ada cerita seseorang yang mohon bantuan ustadz untuk dicarikan jodoh. Akan tetapi ia memberikan syarat yang begitu sempurna. Ia menginginkan seorang akhwat yang cantik, pintar, kuliah kedokteran, kaya, dari keluarga baik-baik, hafal alqur’an, dst. Padahal dirinya tidaklah sebaik itu.
Oleh sang ustadz, malah dijawab, ”jika saya menemukan akhwat seperti itu, maka insyaAllah tidak saya kasih ke antum, tapi saya akan jadikan istri kedua”.
Lagi pula, perlu diketahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Harapan yang terlalu tinggi terhadap calon pasangan kita, justru akan memunculkan peluang kekecewaan demi kekecewaan bertambah besar.
Tidak mustahil, beberapa hari setelah pernikahan ia sudah akan merasakan bahwa pernikahan ternyata tidak seindah yang dibaca di buku-buku. Inilah yang akan terjadi, bagi mereka yang tidak mempunyai kesiapan untuk menerima pasangan hidup apa adanya.
Padahal seharusnya, kekurangan dan kelebihan satu sama lain akan menjadi indah jika disinergiskan untuk saling melengkapi. Kelebihan pasangan adalah karunia yang perlu disyukuri seperti halnya kekurangan pasangan yang bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk bersabar dan saling memperbaiki.
Rasulullah bersabda,
Ajaib urusan kaum mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik dan tidaklah demikian bagi seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Ketika diberikan kesenangan ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika ditimpakan kesusahan ia bersabar, dan itu baik baginya.
Ketiga, membangun jaringan dan komunikasi yang baik dengan orang-orang sholeh, misalnya para ustadz.
Ustadz yang kami maksud tentu saja mereka yang benar-benar paham dengan agama ini dengan dalil. Dan terbukti akhlaknya baik dan mampu bersikap bijak. Bukan sekedar mereka yang ”diustadzkan” hanya karena penampilan lahiriah.
Tidak jarang para ustadz seperti ini mempunyai murid-murid yang sholeh dan sholehah. Maka memohon bantuan mereka adalah hal yang cukup efektif untuk mencari jodoh.
Kesalahan banyak orang adalah bahwa mereka tidak membangun komunikasi yang baik dengan para ustadz tadi, dan ujuk-ujukminta bantuan dicarikan jodoh. Padahal sang ustadz juga tidak cukup kenal dengan yang bersangkutan.
Wahai sahabat, sungguh, menjadi perantara dalam mempertemukan dua hati bukan perkara mudah. Seorang ”mak comblang” juga perlu memperhatikan kualitas dan ke-kufu’an kedua belah pihak. Jangan sampai belum berapa lama setelah pernikahan berlangsung, muncul masalah yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Memang kami pernah menemukan kasus dimana ”mak comblang” tadi berlepas diri dari persoalan keluarga baru yang ia fasilitasi. Akan tetapi akhirnyaa hal ini malah membuat hubungan dan silaturahmi yang selama ini terjalin dengan baik menjadi terganggu. Padahal rasulullah sangat menuntunkan kita agar menjaganya.
Rasulullah bersabda,
Tidak dihalalkan bagi seseorang menghajr (mendiamkan) saudaranya lebih dari tiga (hari)
Keempat, komitment dengan proses yang syar’i
Tidaklah suatu keluarga yang sakinah mawaddah warahmah akan bisa dibentuk melalui proses yang diharamkan oleh Allah. Kebahagiaan dan ketenangan Allah adalah milik Allah dan tidak mungkin diberikan kepada orang yang tidak mengingat-Nya.
Allah berfirman,
Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.
Dzikir yang dimaksud tidak hanya dalam artian dzikir di hati dan lisan, tetapi juga tercerminkan dari penjagaan diri kita terhadap hal-hal yang dilarang. Mereka yang benar-benar berdzikir mencoba menghadirkan sikap ikhsan dalam hidupnya.
Rasulullah bersabda tentang ihsan,
Kalian menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika tidak bisa (dan memang tidak mungkin bisa) sesungguhnya Ia (Allah) melihat engkau.
Hal ini pula yang menyebabkan tidak sedikit mereka yang sudah berpacaran selama bertahun-tahun kemudian maghlia rumah tangga mereka kandas hanya dalam hitungan bulan.
Sebaliknya mereka yang menikah atas dasar ibadah kepada Allah dan melalui proses yang syar’i, proses perkenalan yang tidak tergolong lama sekali pun, membuat benih cinta di antara mereka tumbuh dan bersemi dengan suburnya.
Kelima, bermohon dan tawakal kepada Allah.
Doa adalah sesuatu yang penting. Tidaklah mungkin doa seorang yang beriman akan ditolak oleh Allah.
Allah berfirman,
Berdoalah kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan.
Akan tetapi kita juga perlu menyadari bahwa Allah menjawab doa seorang hamba melalui tiga bentuk, langsung dikabulkan, diganti dengan nikmat lain yang setimpal atau ditunda (bahkan di akhirat nanti).
Salah satu bentuk doa adalah dengan melakukan sholat istikhorah. Ketika ingin menentukan suatu pilihan (misalnya karena adanya beberapa pilihan calon pasangan), maka kita harus benar-benar memohon petunjuk Allah selain meminta pendapat orang-orang bijak dan sholeh tentunya. Jangan hanya mengandalkan emosi sesaat atau keputusan logika saja.
Dalam hadits diriwayatkan,
Sesungguhnya dulu rasulullah salallahu ’alaihi wassalam mengajarkan sahabat-sahabatnya untuk beristikhorah pada setiap urusan.
Terakhir, kita perlu tawakal atas apapun yang ditentukan oleh Allah. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan usaha. Cukuplah Allah yang menentukan hasil dari usaha kita. InsyaAllah jika kita sudah melakukan yang terbaik dan berusaha semakin lebih baik, hasil yang kita dapatkan pun adalah sesuatu yang terbaik.
Sementara kami cukupkan tulisan ini sampai di sini. Semoga, para sahabat sekalian yang belum menikah, segera menemukan pasangan hidup yang menyejukan jiwa melalui proses yang sesuai dengan ketentuan syariat. [Akhwatmuslimah.com]
Delhi, Menjelang Subuh
Sumber: gondayumitro.staff.umm.ac.id
http://www.akhwatmuslimah.com/2015/03/25/2134/6-tips-agar-mendapat-jodoh/#ixzz3zJeBg
0 Response to "6 Tips Agar cepat Mendapatkan Jodoh || Silahkan Share semoga bermanfaat "
Post a Comment